Proses Penyusunan al-Qur’an Akbar
Dalam proses penulisan al-Qur’an Akbar ini, KH. Muntaha menunjuk kedua santrinya yaitu Hayatudin sebagai penulis Khat dan Abdul malik sebagai pembuat ornamen atau hiasan pada bingkai al-Qur’an Akbar. Proses tersebut diawali pada tahun 1991 dan diselesaikan pada tahun 1994. pada awal tahun pembuatan al-Qur’an Akbar tersebut mengalami kendala yaitu membutuhkan kertas yang cukup besar, sudah mencari diberbagai toko di kabupaten Wonosbo tetapi tidak menemukanya. kendala tersebut akhirnya bisa diatasi pada saat Menteri Harmoko berkunjung ke Pondok Al-Asy’ariyyah, lalu KH. Muntaha menyampaikan bahwasanya sedang merealisasikan sebuah proyek pembuatan al-Qur’an, tetapi terkendala dengan kertasnya. kemudian Mentri Harmoko menyanggupi untuk menyediakan kertas yang dibutuhkan dalam proses pembuatan al-Qur’an Akbar.
Dalam proses pembuatan al-Qur’an Akbar ini Abdul Malik dan Hayatudin harus dalam keadaan suci dari hadas kecil maupun hadas besar selain itu juga saat menulis al-Qur’an Akbar mereka harus menjalankan riyadhoh yaitu dengan berpuasa terus-menerus tidak boleh putus selama proses penulisan al-Qur’an Akbar, kecuali hari yang diharamkan untuk berpuasa. KH. Muntaha juga menyuruh untuk pembuatanan Mushaf al-Qur’an Akbar ini agar diawali dengan sholat sunah untuk meminta kepada Allah swt agar diberikan kekuatan, keringanan serta pertolongandalam proses menulis al-Qur’an Akbar. Didalam proses penulisan al-Qur’an Akbar banyak sekali godaan dan rintangan. Godaan terbesar adalah malas, namun semuanya bisa di atasi dengan baik.
Pembuatan al-Qur’an Akbar Dalam proses penulisan al-Qur’an akbar ini pula terdapat beberapa alat-alat khusus yang digunakan oleh para penulis.
1. Kertas
Dalam penulisan al-Qur’an Akbar di Pondok untuk jenis kertas yang digunakan yaitu berjenis art paper 190 gr dengan ukuran 1 x 1,5 meter. Kertas tersebut mempunyai sifat yang tebal, tekstur keras, ketahanaan warna lebih bagus dan mengkilap. Jenis kertas yang dipakai untuk penulisan al-Qur’an Akbar ini produksi dari PT Kertas Leces Probolinggo, Jawa Timur, biasanya kertas tersebut digunakan untuk membuat kartu nama, sampul pada buku, poster, dan masih banyak lagi.
2. Pena
Untuk proses penulisan al-Qur’an Akbar juga membutuhkan pena. Pena yang digunakan ialah berasal dari bambu wuluh dan kayu handam. Untuk proses pembuatan al-Qur’an Akbar lebih cenderung memakai pena yang berasal dari bambu wuluh, karena sifat bambu wuluh tersebut mempunyai tekstur agak lentur dibandingkan kayu handam yang bersifat keras. Pada saat proses penulisan mengunakan pena dari kayu handam sering terjadi tragedi robek pada kertas karean sifat kayu tersebut keras. Maka dari itu untuk mengantisipasi maka proses penulisan al-Qur’an Akbar lebih sering menggunakan pena yang berasal dari bambu wuluh.
3. Tinta
tinta yang dipakai dalam proses penulisan al-Qur’an Akbar ini berasal dari China. Tinta yang dipakai tersebut berbentuk batangan, cara pemakaian tinta tersebut ialah dihaluskan terlebih dahulu lalu kemudian dilarutkan dengan cairan berjenis staedtler produksi dari negara Jerman. Pada saat itu jenis cairan tersebut sangat mahal. Selain itu juga untuk penguat warna tinta agar menjadi hitam pekat dan kuat nempelnya Hayatudin dan Abdul Malik mencampurkan air teh yang sudah direndam selama dua hari dua malam.
4. Meja
Saat proses penulisan al-Qur’an akbar diatas kertas yang sangat besar, membutuhkan ketlatenan dan kehati-hatian. Sebab menulis diatas kertas yang besar merupakan hal yang tidak mudah bagi hayatudin dan Abdul Malik. Mereka harus memutar otak bagaimana caranya agar kertas tersebut tidak di injak saat proses penulisan al-Qur’an Akbar dikarenakan kertas dipakai terlalu besar. Akhirnya mereka merancang sebuah meja yang bisa digunakan untuk menulis al-Qur’an Akbar tanpa harus menginjak kertas tersebut. Meja yang hayatudin dan Abdul Malik rancang ialah terbuat dari kayu dan memudahkan mereka untuk menulis al-Qur’an Akbar tersebut.
5. Ornamen/Hiasan
Abdul Malik juga memodifikasi hiasa-hiasan dengan berbagai ayat-ayat singkat seperti halnya “ Subhanallah, Allah, dan Tulisan Al-Asyariyyah”. Jadi hiasan-hiasan yang terdapat di al-Qur’an Akbar tersebut bukan berupa hiasan saja melainkan mengandung makna serta arti tulisan, yang di buat menjadi ornamen.
Comments
Post a Comment